POLA-POLA PERILAKU PERTAHANAN
PADA HEWAN
DI
SUSUN OLEH :
ADOLFUS JONDO
KOMANG WIDIADYANA
PETRUS AFRI WONTARIS
KADEK FERA MEGANTARI
KATARINA TRISANTI PRISCA PIO
YUSTINUS VICTOR RIANUS BURA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perilaku adalah
tindakan atau aksi yang mengubah hubungan antara organisme dan lingkungannya.
Perilaku dapat terjadi akibat stimulus dari luar. Reseptor diperlukan untuk
mendekati stimulus, saraf diperlukan untuk mengkoordinasikan respon dan efektor
untuk melaksanakan aksi. Perilaku dapat juga terjadi karena adanya stimulus
dari dalam, misalnya rasa lapar, memberikan motivasi akan aksi yang akan
diambil bila makanan benar-benar terlihat atau tercium. Umumnya perilaku suatu
organisme merupakan gabungan stimulus dari dalam dan luar.
Setiap
makhluk hidup akan melakukan interaksi dengan lingkungannya sejak pertama
kali mereka dilahirkan. Untuk tetap eksis setiap makhluk hidup harus
mampu melakukan adaptasi, baik pada tingkatan populasi maupun komunitas
pada suatu biosfer.
Setiap hewan mempunyai
kemampuan berbeda-beda dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Penyesuaian diri ini berguna untuk memperoleh makanan. Selain itu juga untuk
mempertahankan diri dari musuhnya. Setiap jenis hewan selalu berusaha
melindungi diri dari serangan musuhnya. Hampir semua jenis hewan memiliki
bagian tubuh untuk melindungi diri. Selain itu, ada sebagian hewan melindungi
diri dengan tingkah laku.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan pertahanan hewan ?
2.
Bagaimanakah
pola-pola perilaku pertahanan hewan ?
3.
Apa
saja contoh-contoh dari hewan untuk mempertahankan diri ?
1.3 Tujuan
1.
Mengatahui serta memahami definisi pertahanan
hewan
2.
Mengetahui serta memahami pola-pola
perilaku dari pertahanan hewan.
3.
Mengetahui serta memahami contoh-contoh
perilaku hewan untuk mempertahankan diri
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Perilaku Pertahanan Pada Hewan
Semua jenis hewan
sebenarnya memiliki peluang untuk dimangsa. Bahkan serigala dan singa sering
menjadi mangsa ketika mereka masih sangat muda. Beberapa hewan seperti pada
kebanyakan ulat dan kadal meleburkan warna dirinya dengan latar belakang di mana mereka berada sehingga
seringkali sulit untuk dilihat. Perilaku ini sering disebut dengan perilaku
cryptic. Beberapa jenis hewan lain memiliki kemampuan perilaku untuk melepaskan
diri dari pemangsaan, seperti berlari sangat cepat pada antelope dan berenang
dengan cepat pada ikan. Perilaku lain, melakukan serangan balik dengan perilaku
menggunakan tanduk atau dengan gigitan. Beberapa hewan melakukan perilaku
dengan menakut - nakuti, sehingga predator berpikir bahwa dengan memakannya
akan berisiko terkena gigitan atau yang lainnya. Racoon misalnya, akan
memperlihatkan gigi - giginya yang tajam ketika didekati predator. Serta
ada beberapa jenis hewan yang melakukan
kamuflase (penyamaran) untuk melindungi diri dari predator. Seperti Burung
Ptarmigan pada musim dingin berbulu putih, dan
pada musim panas bulunya berbintik membuat tidak menarik perhatian.
Perilaku mempertahankan diri pada hewan yaitu pola Perilaku yang di
lakukan oleh hewan guna keberlangsungan hidupnya. Baik itu berkisar pada
melarikan diri dari pemangsa potensialnya maupun bertahan dari kondisi
lingkungannya. Berdasarkan pengertiannya,
Pola perilaku pertahanan diri pada hewan
terbagi atas 2 yaitu:
1.
Pola
perilaku mempertahankan diri
pola perilaku yang berkisar mulai
pada melarikan diri dari pemangsa potensial
sampai dengan menggunakan senjata bertahan dan penggunaan kamuflase dan mimikri
(meniru).
2.
Pola perilaku Bertahan hidup dalam lingkungan
fisik
Kebanyakan hewan hanya dapat
bertahan hidup dalam kisaran suhu, salinitas, kelembaban tertentu, dan sebagainya.
Kisaran ini relatif luas bagi hewan, seperti mamalia dan burung, yang banyak
mempunyai mekanisme yang efisien untuk mempertahankan kendali homeostatis
terhadap lingkungannya.
2.2
Jenis-Jenis Pola Perilaku Pertahanan
Pada Hewan
Setiap hewan mempunyai
kemampuan berbeda-beda dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Penyesuaian diri ini berguna untuk memperoleh makanan. Selain itu juga untuk
mempertahankan diri dari musuhnya. Setiap jenis hewan selalu berusaha
melindungi diri dari serangan musuhnya. Hampir semua jenis hewan memiliki
bagian tubuh untuk melindungi diri. Selain itu, ada sebagian hewan melindungi
diri dengan tingkah laku. Berikut jenis-jenis pola perilaku bertahan pada hewan
yaitu sebagai berikut :
1.
Pola
perilaku mempertahankan diri
A.
Mimikri
Mimikri adalah cara mempertahankan diri terhadap
musuh dengan cara menyerupai sesuatu, secara khas menyerupai tipe lain
organiseme lain seperti
misalnya bunglon yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di sekitarnya agar
dapat mengelabuhi binatang predator / pemangsa sehingga sulit mendeteksi
keberadaan bunglon untuk dimangsa. Jika bunglon dekat dengan dedaunan hijau
maka dia akan berubah warna kulit menjadi hijau, jika dekat batang pohon warna
coklat, dia juga ikut ganti warna menjadi coklat, dan lain sebagainya.
Mimikri dibagi menjadi mimikri
Miller, mimikri Bates dan mimikri agresif.
Ø Mimikri Miller
adalah hewan yang dapat dimakan sangat mirip dengan hewan yang tidak dapat
dimakan. Misalnya kupu-kupu pangeran tidak mengandung racun dalam tubuhnya dan
enak dimakan seperti roti bakar, sangat mirip dengan kupu-kupu raja yang
mempunyai racun dalam tubuhnya.
Ø Mimikri Bates adalah hewan yang tidak berbahaya
menyerupai hewan lain yang berbahaya. Misalnya sejumlah ular di AS yang tidak
berbahaya memiliki warna seperti ular tanah yang sangat berbisa.
Ø Mimikri agresif adalah mengembangkan alat untuk
mengelabui mangsanya. Ikan anglerfish (Antennarius) dari Filipina
mempunyai satu pemikat yang mirip ikan kecil untuk memikat mangsanya, pemikat
tersebut adalah perkembangan dari duri pada sirip punggung pertama. Kunang-kunang
jantan dan betina saling tertarik dengan cahaya kelap-kelipnya, pola
kelap-kelip ini berbeda untuk setiap spesies. Tetapi ada suatu spesies
kunang-kunang betina yang dapat meniru kelap-kelip spesies yang lain, bila
jantan spesies yang lain itu datang akan dimakan.
Mimikri pada serangga :
Mimikri didefinisikan sebagai pemiripan atau
peniruan secara fisik atau perilaku oleh satu spesies terhadap spesies yang
lain yang menguntungkan dirinya, atau secara tidak langsung juga keduanya.
Organisme yang “meniru” disebut mimik, sedangkan organisme yang “ditiru”
disebut model. Di alam ini, cukup banyak jenis organisme, baik
tumbuhan maupun hewan yang melakukan mimikri untuk tujuan pertahanan maupun
mendapatkan pakan. Serangga adalah salah satu jenis hewan yang melakukan
mimikri, dan pada banyak kasus terbukti efektif.
Ø Mimikri
Batesian
Mekanisme dari mimikri ini adalah peniruan oleh serangga peniru yang
tergolong tidak berbahaya pada model-model serangga yang tergolong berbahaya
atau beracun. Contoh yang cukup terkenal adalah lalat syrphid genus Eristalis
spp. yang morfologi dan perilakunya amat mirip dengan lebah spesies Apis
mellifera (Golding dan Edmunds, 2000). Pada penelitian yang dilakukan
keduanya, sang lalat syrphid terbukti mampu menirukan perilaku lebah dengan
sangat mirip dari aspek waktu kunjungan ke bunga tumbuhan-tumbuhan tertentu, di
samping memang secara morfologis sangat mirip. Contoh lainnya, misalnya pada
kumbang staphylinid myrmecophilous, Pella comes yang mampu
menirukan morfologi semut inangnya, dan bahkan menghindarkannya dari pemangsaan
oleh predator (katak pohon).
Ø
Mimikri Browerian
Fenomena
ini dianggap mirip dengan mimikri Batesian, namun terjadi di antara individu
dalam satu spesies. Fenomena ini ditemukan oleh Lincoln P. Brower dan Jane Van
Zandt Brower, dan disebut juga automimicry. Mimikri ini muncul pada
spesies-spesies kupu-kupu, misalnya D. plexippus yang makan tumbuhan milkweed
yang kadar racunnya bervariasi. Keuntungan dari mimikri ini adalah, jika
predator makan pada beberapa individu larva atau imago, dan kemudian menemukan bahwa
salah satu individu berasa sangat tidak enak, maka predator tersebut akan
segera berhenti menyantapnya, dan meninggalkan koloni kupu-kupu tersebut.
Artinya, beberapa individu menjadi tumbal bagi keselamatan seluruh individu
yang tersisa.
Ø
Mimikri Peckhamian
Serangga
yang menerapkan mimikri jenis ini (disebut mimikri Peckhamian merujuk pada
penemunya, George dan Elizabeth Peckhman) akan meniru ciri-ciri serangga yang
tidak berbahaya atau mungkin berguna untuk “menipu” inang atau mangsanya,
sehingga memudahkannya memangsa tanpa dicurigai oleh anggota koloni mangsanya.
Contohnya misal pada tiga spesies lalat syrphid predator genus Microdon yang
meniru pupa semut inangnya (genus Camponotus dan Formica).
Pengamatan oleh Garnett et al (1985) membuktikan bahwa larva instar 1 dan 2 Microdon
mampu menirukan morfologi, bahkan “bau” khas pupa kedua spesies semut
tersebut dengan sangat mirip, sehingga memungkinkan mereka dapat memangsa
pupa-pupa semut tersebut. Contoh lain adalah pada kunang-kunang Photuris betina
yang mampu mengeluarkan pola kerlip cahaya yang mirip dengan pola kerlip cahaya
kunang-kunang jenis Photinus. Akibatnya, kunang-kunang jantan Photinus
terpikat oleh ajakan kawin si Photuris, yang berujung pada maut,
karena begitu sampai, sang “betina” ternyata adalah calon
pemangsanya! Yang lebih hebat lagi, dengan memangsa Photinus,
betina Photuris akan mendapatkan senyawa steroid lucibufagins
yang bermanfaat sebagai senyawa pertahanan dari si mangsa.
B.
Kamuflase
Proses adaptasi yang menyamakan atau menyeragamkan warna
kulit dengan lingkungan sekitarnya untuk melindungi diri dari predator atau
untuk mencari makan. Ada beberapa jenis kamuflase seperti menyesuaikan diri dengan
perubahan dalam lingkungan, ada juga yang tidak menyembunyikan sama sekali,
tapi menakuti hewan lain dengan menyamarkan diri sebagai sesuatu yang berbahaya
atau tidak menarik.
Lingkungan menjadi faktor paling penting dalam proses
kamuflase. Teknik kamuflase sederhana adalah dengan mencocokkan dirinya dengan
lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, berbagai elemen dari habitat alami dapat
disebut sebagai model untuk kamuflase. Karena
tujuan akhir dari kamuflase adalah untuk bersembunyi dari hewan lain, fisiologi
dan perilaku predator hewan atau mangsa sangat signifikan. Binatang tidak akan
mengembangkan setiap kamuflase yang tidak membantu bertahan hidup, jadi tidak
semua hewan berbaur dengan lingkungan dengan cara yang sama. Misalnya, tidak
ada gunanya binatang mereplikasi warna sekitarnya jika predator utamanya buta
warna.
C.
Autotomi
Autotomi adalah
teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan salah satu bagian tubuh. Contoh
autotomi yaitu pada cicak / cecak yang biasa hidup di dinding rumah, pohon,
dll. Cicak jika merasa terancam ia akan tega memutuskan ekornya sendiri untuk
kabur dari sergapan musuh. Ekor yang putus akan melakukan gerakan-gerakan yang
cukup menarik perhatian sehingga
perhatian pemangsa akan fokus ke ekor yang putus, sehingga cicak pun bisa kabur
dengan lebih leluasa.
D.
Mengeluarkan bau atau cairan tubuh
Pola
perilaku pertahanan diri ini, biasannya di lakukan oleh hewan-hewan tertentu
untuk menghindari pemangsannya atau merasa jiwanya terancam. Hewan yang
mengeluarkan bau atau cairan tubuhnya saat merasa dirinya terancam contohnya
adalah sigung, Mamalia hitam dengan garis putih Ini
telah mendapatkan gelar hewan terbau di dunia, ia akan mengeluarkan bom bau
ketika merasa terancam. Bahkan kemudian, mereka akan memberikan sinyal beberapa
peringatan, seperti mendesis, menghentakkan kaki mereka, atau mengangkat ekor
mereka di udara sebelum mengeluarkan bau mereka. Semprotan berbahaya Sigung
‘dapat menyebar sejauh 10 kaki (3 meter), tetapi mereka hanya dapat menggunakan
5 sampai 6 kali semprotan sebelum mereka mengisi pasokan bom bau, yang dapat
berlangsung hingga 10 hari. Semprotan ini tidak mematikan, namun bau sigung
cukup untuk membuat predator apapun mengevakuasi daerah tersebut, dan bau tetap
terasa selama berhari-hari, yang dapat membuat korban merasa sangat tidak
nyaman.
2.
Pola Perilaku Bertahan Hidup Dalam Lingkungan
Fisik Kebanyakan
A.
Hibernasi
Hibernasi
adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan yang keras dengan cara tidur
menonaktifkan dirinya (dorman). Hibernasi bisa berlangsung lama secara
berbulan-bulan seperti beruang pada musim dingin. Hibernasi biasanya
membutuhkan energi yang sedikit, karena selama masa itu biantang yang
berhibernasi akan memiliki suhu tubuh yang rendah, detak jantung yang lambat,
pernapasan yang lambat, dan lain-lain. Binatang tersebut akan kembali aktif atau
bangun setelah masa sulit terlewati. Contoh hewan yang berhibernasi yaitu
seperti ular, ikan, beruang, kura-kura, bengkarung, dan lain-lain.
2.3 Contoh-Contoh Perilaku
Pertahanan Pada Hewan
1. Cicak dan Kadal
Jika ada pemangsa yang menyerang dan menangkap ekor cicak,
makhluk tersebut akan segera memutuskan ekornya. Bagian ekor yang putus akan
bergerak-gerak untuk beberapa menit. Hal ini akan mengalihkan perhatian
pemangsanya. Pada saat itu, cicak akan segera menjauhi pemangsanya. Ekor cicak
akan tumbuh seperti semula dalam beberapa bulan.
Cecak dan kadal memutuskan ekornya jika diserang oleh musuh.
Tindakan hewan memutus bagian tubuhnya disebut autotomi. Hal ini dilakukan
untuk mengelabui musuhnya. Bagian ekor yang putus dapat bergerak-gerak sehingga
mengalihkan perhatian musuhnya. Saat itulah kadal atau cecak melarikan diri.
Ekor yang telah putus pada hewan itu dapat tumbuh kembali.
2. Bunglon
Bunglon meliputi beberapa marga, seperti Bronchocela,
Calotes, Gonocephalus, Pseudocalotes dan lain-lain. Bunglon bisa mengubah-ubah
warna kulitnya, biasanya berubah dari warna-warna cerah (hijau, kuning, atau
abu-abu terang) menjadi warna yang lebih gelap, kecoklatan atau kehitaman.
Bunglon dapat mengubah warna kulit sesuai dengan
lingkungannya. Misalnya di daun yang berwarna hijau, bunglon berwarna hijau.
Ketika berada di batang pohon berwarna cokelat, bunglon akan berubah menjadi
cokelat. Tindakan hewan mengubah warna kulitnya saat melindungi diri dinamakan
mimikri.
3. Lebah dan Kelabang
Hewan-hewan ini menggunakan sengatnya untuk melindungi diri.
Sengat tersebut dapat mengeluarkan zat beracun yang dapat melukai musuh atau
pemangsanya.
4.
Cumi-Cumi
dan Gurita
Cumi-cumi, sotong, dan gurita hidup di laut. Ketika diserang
musuh, hewan-hewan ini mengeluarkan cairan hitam seperti tinta. Akibatnya air
menjadi keruh. Saat itulah hewan-hewan ini segera melarikan diri.
5. Landak
Landak mempunyai kulit berduri dan kaku. Saat menghadapi
bahaya, landak mengembangkan durinya. Selain itu, landak juga berusaha
membelakangi musuh. Dengan demikian, apabila musuhnya menyerang, tubuh musuh
akan tertusuk duri. Walaupun duri landak ini tidak beracun, tetapi dapat
membuat lawannya terluka.
6. Trenggiling dan Luing
Trenggiling dan luing akan menggulung tubuhnya jika mendapat
gangguan dari luar. Trenggiling mempunyai kulit berupa sisik yang keras. Saat
menggulung, bagian perutnya yang lunak akan terlindungi suatu perisai yang
sangat keras
7. Belalang
Belalang daun biasanya hinggap di dedaunan untuk mencari
makanan. Tubuh belalang daun berwarna hijau mirip warna daun sehingga
tersamarkan. Hal ini menyulitkan musuhnya untuk mengetahui keberadaan belalang
tersebut.
8. Malaysia Ant (Semut Malaysia)
Kebanyakan orang yang akrab dengan
semut api dan sengatan menyakitkan, tetapi serangga-serangga merah itu mungkin
tampak jinak jika Anda membandingkan dengan sepupunya, semut Malaysia. Juga
dikenal sebagai semut meledak, serangga kecil ini benar-benar mengambil
pekerjaan sebagai seorang prajurit yang ekstrim. Semut Malaysia adalah sama
kecilnya dengan semut biasa, tapi dibangun untuk melayani dan melindungi
seluruh koloninya. Dianggap sebagai semut prajurit, di dalam tubuhnya terisi
dengan kantong beracun dari kepala hingga ke bawah punggungnya. Ketika predator
muncul, otot semut akan kontraksi untuk mempersiapkan racun. Lalu akan
menyemprot racun pada musuhnya. Musuh yang terkena bisa mati karena racun, atau
jika memiliki kemampuan cukup besar untuk bertahan hidup, ia akan berpikir dua
kali sebelum mendekati semut lain di daerah tersebut.
9.
Skunk
(Sigung)
Mamalia hitam dengan garis putih Ini telah mendapatkan gelar
hewan terbau di dunia. Menurut Humane Society dari Amerika Serikat, makhluk
yang telah disalah artikan ini tidak selalu bau dan hanya mengeluarkan bom bau
ketika terancam. Bahkan kemudian, mereka akan memberikan sinyal beberapa
peringatan, seperti mendesis, menghentakkan kaki mereka, atau mengangkat ekor
mereka di udara sebelum mengeluarkan bau mereka. Semprotan berbahaya Sigung
‘dapat menyebar sejauh 10 kaki (3 meter), tetapi mereka hanya dapat menggunakan
5 sampai 6 kali semprotan sebelum mereka mengisi pasokan bom bau, yang dapat
berlangsung hingga 10 hari. Semprotan ini tidak mematikan, namun bau sigung
cukup untuk membuat predator apapun mengevakuasi daerah tersebut, dan bau tetap
terasa selama berhari-hari, yang dapat membuat korban merasa sangat tidak
nyaman.
10. Humpback Whale (Paus Bungkuk)
Ketika salah satu mamalia laut terbesar hendak mencari makan
yang benar-benar besar, hanya satu atau dua ikan yang tidak akan melakukannya.
Ikan paus bungkuk sering berkumpul dengan sesamanya, dan menggunakan metode
yang lebih cerdik untuk menangkap ikan prasmanan. Paus mulai dengan melingkari
sekelompok ikan, dan kemudian mereka membuang napas untuk menjebak ikan di
semacam jaring yang terbuat dari gelembung. Jaring ini cukup kuat dan mampu
menangkap ikan seperti jaring sungguhan. Setelah ikan terjebak, ikan paus
bungkuk bergiliran menyelam ke bagian bawah jaring, lalu berenang cepat-cepat
dengan mulut yang terbuka lebar, mengambil sejumlah besar ikan ke dalam mulut
mereka.
11. Bombardier Beetle (Kumbang
Pengebom).
Karena kumbang tidak dapat terbang cepat seperti serangga
lainnya, mereka membutuhkan alat-alat lainnya untuk mempertahankan diri melawan
musuh. Kumbang Pengebom secara khusus dilengkapi dengan beberapa mekanisme
pertahanan yang serius, termasuk lapis baja yang melindungi tubuh dari
unsur-unsur. Tapi cairan panas mendidih yang disemprot dari perutnya yang
paling efektif terhadap predator. Di dalam perut kumbang ada 2 kamar yang
dipenuhi bahan kimia itu, ketika digabungkan, membuat asam yang memanaskan
sampai 212 derajat Fahrenheit (100 derajat Celsius) dan kemudian semprotan
keluar secara eksplosif melalui dinding perut, dan jika semprotan tidak cukup
untuk menakut-nakuti binatang apa pun, kumbang ini juga membuat suara seperti
tembakan setelah merilis semprotan asam pada predatornya.
12. Whip Scorpion (Kalajengking Cambuk).
Kalajengking cambuk, nama untuk binatang yang memiliki ekor
tipis yang menyerupai cambuk kulit, hanya tumbuh sekitar 3 inci (18 cm).
Kalajengking ini tidak memiliki racun dan ekornya tidak menyengat. Tetapi
kalajengking cambuk memiliki sesuatu yang tidak dimiliki spesies kalajengking
lainnya, yaitu asam. Jika kalajengking cambuk merasa terancam, ia akan
menyambuk ekor ke sekelilingnya dan mengeluarkan aliran fluida tajam dari
kelenjar analnya. Memang cairan itu tidak beracun, tapi cukup untuk membuat
predator untuk mundur atau setidaknya ragu-ragu untuk menyerang dan memberikan
kalajengking cambuk untuk kabur.
13. Archer Fish (Ikan Pemanah).
Ikan pemanah adalah penembak jitu di dalam sungai, dan
sebuah jet air adalah senjatanya. Dengan bidikan yang tepat, ikan ini mampu
mengambil serangga apapun dalam beberapa meter tanpa menggunakan apa-apa selain
air yang disemprotkan dari mulutnya. Mulutnya miring ke atas, yang sangat
berguna ketika melompat untuk meraih serangga darat. Ikan ini biasanya berenang
tepat di bawah permukaan air, dan ketika tempat mangsa itu dalam jangkauan, ia
akan menyesuaikan matanya seperti bidikan, sehingga mendapatkan garis
horizontal yang sejajar dengan mangsa. Tembakan air yang kuat ini bisa mencapai
5 kaki (1,5 meter) jauhnya. Ikan pemanah hampir selalu mengenai target dengan 1
tembakan, bahkan bisa langsung membunuh belalang, laba-laba dan serangga lainnya.
Jika sebuah serangga cukup dekat, ikan akan melupakan tembakannya dan hanya
melompat keluar dari air dan mengambil serangga dengan mulutnya sebagai
gantinya.
14. Tupai Opossum
Tupai kecil yang lucu punya banyak trik untuk mekanisme
pertahanan dirinya. Dia dapat berpura-pura mati! Dia bisa mengeluarkan busa di
mulutnya sehingga predatornya akan mengaggapnya seperti keracunan, atau sakit.
Hewan ini juga mengeluarkan cairan anus berwarna hijau yang baunya mirip aroma
kuskus yang menyengat. Tupai berpura-pura mati yang sebenarnya seperti pingsan
sesaat, sehingga membuat predator yang memang ingin membunuhnya enggan
mendekatinya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam makalah
ini adalah sebagai berikut :
1.
Perilaku mempertahankan
diri pada hewan yaitu pola Perilaku yaitu perilaku pertahanan hewan yang
berkisar pada melarikan diri dari pemangsa potensialnya agar tidak akan di
mangsa.
2. Pola perilaku pertahanan diri pada hewan terbagi atas 2 yaitu, Pola perilaku mempertahankan diri
dan Pola
perilaku Bertahan
hidup dalam lingkungan fisik
3.
Jenis-jenis pola perilaku bertahan pada
hewan yaitu Mimikri, Kamuflase, Autotomi, Hibernasi dan Mengeluarkan cairan
atau bau busuk dari dalam tubuhnya
3.2 Saran
Etologi hewan tepatnya pola-pola
perilaku pertahanan hewan perlu di pelajari lebih seksama untuk
lebih memahimanya. Namun semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu para
pembaca atau pendengar untuk mengetahui tentang materi pola perilaku pertahanan
hewan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
1993. Microsoft Encarta Encyclopedia Standard 2005.
Wikipedia. 2016. Hibernasi. https://id.wikipedia.org/wiki/Hibernasi.
diakses pada
tanggal
6 desember 2016, pukul 12:23 wita
Sukarsono. 2009. Pengantar Ekologi Hewan. Malang : UMM Press.
Campbell, Neil A. dkk.2004.Biologi Jilid
III(edisi.5). Jakarta : Erlangga.
note**)
**yang ingin mengunduh pptnya silahkah klik link di bawah ini :
0 comments:
Post a Comment